Jakarta, BAHTERAPOST.COM – “Saya empat kali WA (WhatsApp) ke Pak Matheus Mangentang, mari kita selesikan masalah ini, tetapi belum ada jawaban. Ribut-ribut dalam organisasi gereja dan non gereja itu biasa, tetapi organisasi tidak bisa kita hancurkan hanya karena kepentingan,” tegas Ketua Majelis Tinggi Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) Frans Ansanay, kepada wartawan media Kristen yang tergabung dalam Perwamki, usai sidang Rakernas GKSI yang mengusng tema Yang Awal dan Yang Akhir (Wahyu 22 : 12 -13) dilaksanakan secara hybrid (luring dan daring), dihadiri 100 lebih jemaat GKSI seluruh Indonesia, di kantor Sinode GKSI, Halim Jakarta Timur, Minggu sore (20/11/2022).
Baca Juga : Frans Ansanay Menangkan Logo GKSI, Dualisme Semakin Meredup
Frans menegaskan, bahwa salah satu komisi IV di Rakernas GKSI, yang membidangi rekomendasi, menyatakan perlu adanya upaya rekonsiliasi.
“Sebenarnya rekonsialiasi tidak perlu ada dari kacamata GKSI, karena apa? Karena masalah internal GKSI sudah selesai, tatkala pada 2014 ada sidang istimewa, untuk menonaktifkan mantan ketua sinode GKSI yang lama, secara aturan main organisasi,” jelasnya.
Tetapi kita menerima, tawaran dari aras gereja (diamaa GKSI bernaung) yaitu PGI, lewat sidang majelelis lengkap PGI di Kalimantan Utara tahun 2014, kemudian sidang majelis lengkap PGI di Parapat, Sumut tahun 2015, kemudian sidang MPL PGI di Salatiga tahun 2016, dan kemudian disidang- sidang lengkap PGIW Jakarta, Dirjen Bimas Kristen Ibu Odita pun menyarankan untuk rekonsiliasi, ungkap pria yang anda bicara dan pembawaannya selalu tenang.
Lanjutnya, sehingga dipihak kami tidak ada yang tabu. Itu saran yang baik dari aras gereja, maupun Dirjen Bimas Kristen. Permasalahannya pihak sebelah atau kelompok sebelah tidak mau rekonsiliasi, karena upaya tidak mau rekonsiliasi berdasarkan sidang sinode versi mereka tahun 2016, tidak ada rekonsiliasi atau tidak mau rekonsiliasi, sedangkan kami mengikuti saran dari aras gereja atau perdamaian untuk GKSI, tutur Frans.
Frans menuturkan, bahwa pada 5 Januri 2018, ada pertemuan yang diinisasai oleh tim asistensi PGI jalan Salemba 10, untuk kedua belah pihak dipertemukan, dan kami bertemu, tetapi kelompok sebelah dihadapan tim PGI mengatakan tidak mau rekonsiliasi, menyatakan pisah. Pihak PGI kecewa. Padahal harapan PGI, GKSI bisa bersatu. Kita tahu alasan pihak sebelah tidak mau berdamai, kalau pendeta tidak mau berdamai, bagaimana umatnya?, tutur Frans dengan nada bertanya.
“Kalau dari kami, setelah mendapat nasehat-nasehat, arahan dari Bimas Kristen dan PGI, gereja sebagai alat Tuhan harus menerima, bahwa rekonsiliasi itu wajib, Dan upaya-upaya kearah rekonsiliasi dari pihak kami terus melakukan langkah-langkah perdamaian. Menerima dan melakukan perdamaian dari pihak kami itu yang diharapkan,” pungkasnya.
Sampai berita ini ditayangkan, kami berusaha menghubungi pihak sebelah, namun susah untuk dihubungi.
Be the first to comment