Jakarta,BAHTERAPOST.COM – Tujuh (7) tahun setelah ‘ditangkap’ Tuhan (tahun 1996) melalui, hambaNya yang juga bapa rohaninya, Pdt Wiweko Mulyono, yang melayani di Lapas Kelas II Karawang, akhirnya Edy Wagino menyerahkan seluruh hidupnya hingga kini untuk melayani Tuhan. Bukan hanya itu, suami dari Yuniwati itu bersama beberapa Hamba Tuhan di sekitar perbatasan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang, mendirikan sebuah Gereja dengan nama GBI Sinona di Desa Bojongsari, Kecamatan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, pada 17 Juli 2003.
Baca Juga : Khotbah di Gereja ‘Bapa Rohaninya’ Pusat Rayon 8 Graha Bethany Lippo Cikarang, Pdt. Edy Wagino M.Th : Hidup Dalam Perkenanan Tuhan
Namun, pertobatan dirinya, dan mendirikan GBI Sinona, ayah dari dua peteri dan satu putera itu dicibir atau dikatakan yang tidak-tidak, bahkan dikatakan mana mungkin seorang narapidana bisa berubah? Ternyata, Ayah dari Hosea itu bukan hanya berubah untuk dirinya, tetapi banyak orang yang bertobat kepada Tuhan Yesus, melalui pelayanannya, khususnya pelayanan di Lapas Karawang dan Lapas-lapas lainnya.
Ternyata cibiran atau boleh dikatakan hinaan, dijadikan lecutan dan motivasi, bahkan kakek dua cucu itu, justru mendoakan orang-orang yang menghinanya untuk selalu diberkati.
Kini, perjalanan GBI Sinona, yang telah berusia 19 tahun lebih (17 Juli 2003 – 17 Juli 2022) bukan hanya melahirkan dan membentuk sebagai gereja lokal yang memberkati jemaatnya (GBI Sinona), tetapi lingkungan sekitarnya terutama (RT 01 dan 02, RW 01), Desa Bojongsari, Kecamatan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi.
Baca Juga : Natal 2021 GBI Sinona Bekasi Berbagi Kasih dengan Warga Sekitar
Saat mula GBI Sinona berdiri dan melakukan pelayanannya sebagai Gereja, Pdt Edy merangkap semuanya, mulai dari koster, tukang bersih-bersih, menyiapkan kursi dan kebutuhan teknis yang harus dimiliki Gereja saat beribadah, tuturnya dalam sebuah perbincangan Bahterapost,com dalam suatu kesempatan beberapa silam lalu.
Kembali ke usia 19 tahun GBI Sinona, Pdt. Edy Wagino yang tahun lalu telah menyelesaikan Master Theologianya (M.Th) di STT kawasan Jakarta Timur. Menceritakan, usia 19 tahun bukan usia yang tidak balita atau remaja lagi, tetapi sudah dewasa. Bahkan, jika diibaratkan rumah tangga, ada usia pernikahan baru setahun, dua tahun atau lima tahun sudah bubar. Maka usia 19 tahun GBI Sinona selain dirawat, kasihnya harus tetap ditingkatkan, tutur Gembala Sidang GBI Sinona, Gembala Mentor GBI Ory Pondok Gede, dan GBI Hope Palangkaraya dalam perbincangannya bersama beberapa jurnalis Kristen yang tergabung dalam Perkumpulan Wartawan Media Kristiani (Perwamki) di sebuah Mall, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (20/7/2022).
“Memang HUT GBI ke -19 tak mengudnag banyak orang, selain masih adanya penerapan protokol kesehatan, juga mengingat daya tampung gereja juga yang terbatas, jadi mohon maaf ya untuk semuanya,” jelasnya.
GBI Sinona tagline di tahun 2022 Kuberikan Hati yang Baru (Yehezkiel 36 ayat 26). Tagline itu, mengacu pada pernyataan Pdt. Niko Nyotorahardjo, tentang Paradigma Baru di tahun 2022.
Dalam perbincangan santai, tetapi serius, Pdt. Edy menyampaikan tentang HUT ke -19 GBI Sinona, yang melayani adalah Pdt Matius Wibowo. Yang terambil dari Markus 2 : 3 – 5 : Ayat 3 Ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Ayat 4 Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ayat 5 Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: Hai anak-Ku, dosami sudah diampuni.
“Jadi 4 orang itu yang menurunkan orang sakit lumpuh dari atap untuk dibawa kepada Tuhan Yesus, dan itu bukan disembuhkan sakit lumpuhnya, tetapi dosanya diampuni. Empat orang itu bicara tentang Power of Community atau kekuatan komunitas,”jelas Pdt Matius dalam khotbah di GBI Sinona, Minggu, 17 Juli 2022, seperti dituturkan Pdt Edy Wagino M.Th kepada jurnalis Perwamki, pada Rabu 20 Juli 2022.
(ronaldy hehakaya)
Be the first to comment