Jakarta, BAHTERAPOST.COM – Bertajuk Silaturahmi awal tahun 2022. Perkumpulan Wartawan Media Kristiani (Perwamki) dan wartawan Kristen bertatap muka terbatas (termasuk tes antigen) dengan Ketua Umum Badan Pengurus Harian (BPH) Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI) Pendeta Rubin Adi Abraham didampingi Sekumnya Pendeta dr. Josafat Stephanus Mesach, M.Th.
Baca Juga : Di Acara Natal PWKI, Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo : Kabar Baik dan Cinta Kasih Harus Terus Dikumandangkan
Acara yang bertempat di Kantor Sinode GBI, Jakarta Pusat pada Rabu (26/1/2022) dipandu oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Perwamki pertama Novi Suratinoyo pemilik dari media tabloid Mitra Indonesia, dan dibantu Ketua Umum DPP Perwamki 2018 -2023 Stevano Margianto berlangsung dalam suasana penuh keakraban.
Rubin mengawalinya dengan sejarah GBI pertama kali. Terbentuk di Sukabumi pada 6 Oktober 1970 di kota Sukabumi, Jawa Barat. Saat itu deklarator atau penggagasnya hanya 129 pendeta atau hamba Tuhan.
Saat Persidangan Sinode GBI XVI di Sentul International Convention Center (SICC), Sentul- Bogor jumlahnya mencapai 4000 lebih dengan anggota lebihd ari 3 juta jiwa.
Maka untuk itu perlu diatur secara aturan yang telah disepakati. Rubin pun mencotohkan pemiliah NU yang jumlahnya 40 juta jiwa yang memilih ketuanya hanya 500 an lebih.
Lainnya, Rubin menyatakan, bahwa di GBI telah ada perkumpulan dokter, dan Tagana Rajawali dengan menthornya Kemensos, tapi itu bukan milik GBI, kebetulan yang banyak anggotanya GBI, maka GBI dipercayakan, tetapi interdenominasi Gereja lainnya juga boleh bergabung di Tagana Rajawali, tuturnya.
Hal senada disampaikan Pendeta Mesakh, bahwa Tagana Rajawali ini telah melakukan aksi kemanusiaan diberbagai tempat di Indonesia. Mulai gempa bumi, banjir, tanah lonsor, letusan gunung berapi, dan tsunami. Tagana Rawajali pasti ada, hadir dan berbuat secara kemanusiaan tanpa membedakan agama.
Sementara terkait masih adanya penutupan gereja atau penghalangan kegiatan ibadah. Pendeta Rubin mengutuk keras, tapi Tindakan paling tepat soal ketegasn hukum diserahkan dan dipercayakan kepada aparat kepolisian dan TNI.
Sedangkan mengenai pemindahan Ibu Kota Negara. Secara tegas Pendeta Rubin hanya mencontoh Gereka Masehi Injili di Minahasa (GMIM) kantor Sinodenya di Minahasa, Gereja Protestan Maluku (GPM), kantor sinodenya di Ambon, Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) bersinode di Sumatera Utara, dan Gereja lainnya yang bersinode tidak di Kota Jakarta.
Memang ada tawaran dari GBI Kalimantan Timur, untuk dibuatkan kantor sinode disana, tetapi tak perlulah. Rubin menceriatakan saat kunjungan ke luar negeri sebelum pandemi, di banyak negara ibu kota negara memang terpisah dari pusat bisnis dan hiruk pikuk kemacetan.
Ketika ditanya, apakah akan maju lagi dalam persidangan sinode berikutnya. Rubin hanya menjawab, “serahkan saja kuasa Tuhan, apakah saya maju atau tidak,” jelas Pendeta Rubin yang saat menjabat Ketum Sinode Gajinya tak pernah diambil.
Yang jelas dan pasti, pertemuan silaturahmi Perwamki dan Sinode GBI. Terus berlanjut dalam berbagai aspek saling bersinergi, ujar Novi mengakhir panduan acara ini.
Be the first to comment