Sambutan Tuan Rumah Kombes Bhirawa, usai pelayanan khotbah yang Dilayani Pdt, Edy Wagino M.Th, Jakarta, Sabtu (16/10/2021) sore.
Jakarta, BAHTERAPOST – “Dengan ibadah kita bisa nyanyi, kita bisa sharing, kita bisa mendapatkan pengalaman orang, kita bisa mendengar Firman Tuhan. Itu ada sukacita, ada pengharapan. Sebab hidup tanpa pengharapan itu seperti daun yang kering. Kenapa orang banyak bunuh diri? Karena dia sudah tidak punya harapan.” Begitulah salah satu penggalan kalimat tuan rumah ibadah, Kombes Bhirawa dalam sambutan usai Pdt. Edy Wagino menyampaikan Firman Tuhan, Jakarta, Sabtu (16/10/2021).
Baca Juga : Hidup Di Dalam Penyertaan Tuhan, Pdt Edy Wagino M.Th : Terapkan Apa Kata Tuhan, Taat Firman Tuhan dan Hidup dari Janji Tuhan
“Padahal kalau diam dan hidupnya mau berproses dengan pengharapan, pasti ada kebangkitan. Saya percaya, apa yang kita alami sekarang, kita lagi ada masalah rumah tangga, keluarga, anak, hutang dsb, bahkan pribadi kita yang mungkin bermasalah, kita berikan proses, yakinlah bahwa kelak Tuhan akan membukakan pintu, asal kita berserah dan selalu menyerap firman Tuhan dan yang terpenting adalah sudahkah hidup kita bermanfaat bagi orang lain, itu yang terpenting bagi bapak, ibu dan saudara,” tuturnya.
Sering kita dalam hidup ini mungkin dulu, sekarang, masih melakukan hidup sendir, untuk kepentingan diri sendiri, coba kita sadar, padahal Tuhan dalam firmanNya megatakan kita harus berguna bagi orang lain. Dan dasar itu semua adalah ajaran kasih, jelasnya.
“Pak Pdt. Edy Wagino yang sudah menyampaikan Firman Tuhan. Pertemuan dengan pak Pdt. Edy Wagino merupakan jalan Tuhan. Khotbahnya luar biasa, muatannya juga luar biasa dan pengalaman beliau yang luar biasa, bayangkan berapa kali dipenjara bukan sekali, dua kali,dan yang terakhir merampok, sekarang jadi Pendeta, kan luar biasa. Apa sih yang kita bisa petik dari pengalaman Pak Pdt. Edy? Kita semua bukan orang yang hebat, kita bisa mengalamai kejatuhan secara sengaja atau tidak sengaja, tetapi Selama kita berpegang pada Firman Tuhan dan bertumbuh dalam nama Tuhan, kita ada pengharapan, kita di rubah. Sekarang mungkin seperti ini, tetapi yakinlah terus kita pelan merubah diri dalm pekerjaan kita di dalam kehidupan kita, saya yakin, suatu saat kita pasti diangkat oleh Tuhan.Didalam kehidupan kita, menurut kita kurang berkenan,” ucapnya.
“Ibadah ini, Pak Pdt. Edy Wagino. Saya ingat dulu waktu awal saya nikah, dengan gajian yang 3 jutaan, kita bukan siapa-siapa. Gak tahu kenapa, senang aja undang orang untuk ibadah, yang datang orang-orang kecil, kadang ada orang yang cacat. Kenapa saya senang orang kecil datang ibadah? Karena saya senang melihat orang kecil ketawa, dia tulus gak pura-pura. Coba deh bergaul sama orang kecil, kalau ketawa tulus, kalau marah, marah benar. Jadi saya undang ibadahnya di rumah, makannya sederhana, dengan uang apa adanya, saya lihat mereka ketawa, saya senang banget, bercanda-canda. Kita tidak menyadari sampai sekarang ini, puji Tuhan ibadahnya Kembali lagi,” tegasnya.
Bapak, ibu, ibadah di rumah bagus, di Gereja bagus. Karena sekarang masih pandemi juga. Karena tujuan ibadah, bersama Tuhan kita mengenal lebih dalam lagi, mengenal orang lain juga, ungkapnya.
Saya juga ingin menyampaikan pelayanan dari Pak Pdt. Johan yang melayani kegiatan baksti sosial, kalau pak Pdt. Edy wagino kan melayani di lapas-lapas, kan Tuhan katakan kita harus berbagi kepada sesama. Kalau kita hidup untuk diri sendiri, ya udah kita selesai sampai disini. Bahkan mungkin gak ada berkat juga bagi kita, mungkin, jelas Ayah dari 3 anak .
“Mendatangi dan membagi sesuatu yang bermanfaat bagi orang kecil, dan membuat mereka ketawa dan bahagi, itu sesuatu yang luar biasa juga. Dan itu ajaran Tuhan, “Segala Sesuatu yang kita lakukan buat saudara yang paling hina ini, engkau melakukannya untuk aku.” Bayangin, Tuhan itu bukan hanya ada di surga, tetapi ada di dunia. Wujudnya apa? Orang-orang kecil, yang kita abaikan, yang kita pandang sebelah mata, tetapi kebanyakan orang gak tahu,”urainya.
Mungkin Tuhan juga wujudnya dalam bentuk Suster Theresia, bisa juga. Mungkin juga wujudnya dalam bentuk Mahatma Gandhi, bisa juga. Itu gak ada buat dirinya, tetapi kedua tokoh ini melakukannya buat orang lain atau sesama. Kita harus melihat anak yatim piatu yang tidak bisa sekolah, orang cacat yang tidak berpofesi, tidka bisa bekerja, sehingga tidak bisa menghasilkan, maka kita harus bisa melihat, tandasnya.
Tujuan kita mendengar dan melakukan firman Tuhan, yaitu Kasih. Lalu, kasih itu apa? Ya berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Terima kasih kepada Pak Pdt. Edy Wagino yang sudah menyampaikan Firman Tuhan di tempat kami, pungkasnya.
Be the first to comment