Jakarta, BAHTERAPOST – Peringatan Hari Perempuan Internasional atau dikenal dengan International Women’s Day (IWD) yang diperingati pada 8 Maret 2021, di seluruh dunia, menjadi berbeda lantaran kondisi dunia yang tengah dilanda pandemi Covid-19.
Meski begitu, dengan tema ‘Choose To Challenge’, perempuan seluruh dunia diajak untuk tetap konsisten menyuarakan bias dan ketidaksetaraan gender. Dengan pose mengangkat satu tangan tinggi-tinggi menjadi simbol komitmen perempuan menantang setiap bentuk ketidaksetaraan, bias gender, dan membantu membentuk dunia yang inklusif.
“Perempuan itu sejatinya adalah tiang awan dan tiang doa, tidak hanya bagi keluarganya, tapi juga bagi bangsa dan negara,” tutur Sheila A. Lumempow-Salomo, SH, Ketua Umum Persatuan Wanita Kristen Indonesia (PWKI) dalam siaran persnya, Minggu (7/3/2021).
Tiang awan, kata Sheila, dimaknai bahwa perempuan dapat menjadi penunjuk jalan agar keluarganya bisa menjadi lebih baik. Bisa melalui karya-karyanya di ruang domestik maupun sikap dan perilaku terpujinya di segala tempat.
Sementara tiang doa, lanjut Sheila, mencerminkan bahwa, dalam menjalani kehidupan, kaum perempuan harus mendasari segala sesuatu dengan doa dan iman teguh kepada Tuhan. “Ditengah situasi Covid-19 ini, kekuatan doa, khususnya dari kaum perempuan, akan sanggup merubah keadaan menjadi lebih baik,” tukas Sheila yang juga dikenal sebagai pengacara di Ibu Kota ini.
Karenanya, pada peringatan Hari Perempuan Internasional, Sheila mengajak kaum perempuan untuk dapat teguh dan kuat dalam berbagai keadaan. “Iman Kristen mengajarkan bahwa kita (perempuan) adalah penolong yang sepadan bagi kaum pria. Sebagai penolong, maka kaum perempuan harus memiliki kekuatan ekstra, sehingga pihak yang ditolong pun bisa tetap kuat,” urainya.
Tidak itu saja, kaum perempuan juga harus terus memperlengkapi diri dengan selalu belajar, terutama berkaitan dengan perkembangan teknologi. “Dunia sekarang sudah masuk era masyarakat 5.0. Kaum perempuan pun tidak boleh ketinggalan,” ajak Sheila.
Secara organisasi, PWKI yang beberapa waktu lalu genap berusia 75 tahun, terus memperlengkapi anggota-anggotanya, baik dengan aneka keterampilan maupun dari sisi kerohanian. “Harapan kami, melalui karya-karya kaum perempuan, maka ketidakadilan gender akan semakin memudar dan ada keseimbangan antara perempuan dan pria. Kesempatan terbuka, tinggal bagaimana kaum perempuan dapat terus meningkatkan kapasitas dirinya,” pungkas Sheila.
PWKI didirikan pada 28 Februari 1946, ditengah berkecamuknya perang kemerdekaan. Namun dengan semangat kebangsaan yang tinggi, perempuan-perempuan Kristen yang berasal dari Maluku, Sulawesi Utara, Sangir Talaud, Sumatera Utara, dan Pulau Jawa mengikrarkan berdirinya PWKI. Tampil sebagai Ketum PWKI yang pertama Ibu Sutemas-Sumilat.
PWKI memiliki visi ‘Melaksanakan perintah dan amanat Tuhan yang terkandung dalam Alkitab’. Sedang misinya, mewujudkan persatuan dan kesatuan dengan menghimpun kaum wanita Kristen Indonesia dalam suatu wadah organisasi. Juga, meningkatkan kedudukan wanita Kristen Indonesia dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Serta, bersama dengan seluruh bangsa Indonesia dan pemerintah berupaya mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
(Heryana S.Sos)
1 Trackback / Pingback