Jakarta, BAHTERAPOST – Selama dua lisme terjadi di Gereja. Apalagi Sinode. PGI dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Bimas Kristen tak bisa hadir apalagi beri sambutan, Begitu penjelasan Frans Ansanay SH, M.Pd, saat Sidang Sinode Gereja Kristen Setia Indonesia (SS GKSI) Ke V di Jalan Kerja Bakti V No 15, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Rabu (18/11/2020). Begitu usai sambutan Frans pun dikerubuti sejumlah wartawan Kristen yang didamping, Pdt. Marjiyo, Pdt. Tungka dan petinggi GKSI lainnya di halaman parkir Sidang Sinode, dan tetap sama apa yang disampaikan di mimbar terkait dua versi dan ketidak hadiran PGI, dan Bimas Kristen.
Baca Juga : Frans Ansanay Menangkan Logo GKSI, Dualisme Semakin Meredup
FRANS pun memperkuat pernyataannya. Namun dalam dialog konstruktif itu Pdt. Lase menunjukan Hp yang berisi foto kepada Frans (disampaikan Frans kepada wartawan 10 menit sebelum Gomar memberikan sambutan di SS ke V) . Gambar itu menjelaskan tentang sambutan secara virtual Ketua Umum (Ketum) PGI Pdt. Gomar Gultom S,Th, M,Th di acara Rakernas GKSI Pdt, Matheus Mangentang, beberapa silam yang lalu.
Singkat cerita, Frans pun menghubungi Gomar untuk bisa hadir memberikan sambutan di penutupan SS, dan HUT GKSI ke 32, Gomar pun menjawab bersedia. Syaratnya secara virtual. Frans pun setuju. Tepat pukul 17,30, Sabtu (21/11/2020) Selama 20 menit Sekum PGI Periode 2014 -2019 yang saat ini Ketum PGI 2020 -2025 (baca : Sambutan Dua Versi di GKSI, Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom : Pdt Matheus Acara Rakernas, Pdt. Marjiyo Penutupan Sidang Sinode)
Sebenarnya keyakinan Frans akan GKSI dua versi semakin meredup sudah dirasakan. Ketika memenangkan Logo GKSI yang secara UU No 15 Tahun 2001 memang atas nama dirinya. Jadi bukan karena KemenkumHAM, Karena perintah UU tersebut, seperti itu. Bahwa penyerahan sertfikat diberikan kepada yang mendirikan logo GKSI ; dirinya dan Pdt. Paul, tegas Ketua Majelis Tinggi GKSI Frans Ansanay dalam sambutan penutupan SS dan HUT GKSI dihadapan peserta offline 30 peserta dan Online 200 peserta di seluruh Indonesia, usai Gomar memberikan sambutan di penutupan SS.
Sidang ini diadakan untuk melakukan evaluasi. Seperti, apa yang dikerjakan dalam evaluasi? Lalu, Apa yang belum dikerjakan? Serta bagaimana mengatasinya?
Menjawab SS itu, maka AD dan ART yang dibahas dalam program kerja. Bisa menjadi pijakan sebuah organisasi gereja melangkah dalam aturan dan ketaatan pada konstitusi gereja dengan pautan pada konstitusi negara juga. Sehingga menghasilkan pemikiran konstruktif . Dengan penegasan pada berdirinya GKSI, 21 November 1988, serta sudah 5 kali SS.
Sebenarnya tanda heran itu Frans sudah dapatkan pada SS ke 4. Bergesernya kepemimpinan yang lama. Dan, momentum itu sudah ada dalam rancangan Tuhan. Namun, Tuhan menggenapinya di SS ke 5. Logo dimenangkan, Ketum PGI beri sambutan.
Maka perbincangan dan fitnah kepada dirinya akan menguasai aset GKSI. Dengan sendirinya sirna, dan lenyap.
Intinya, kata Frans yang akrab dengan wartawan perubahan yang dimaksud itu, tidak akan mengambil aset-aset. Juga perubahan terkait masa jabatan Ketum Sinode GKSI hanya dibatasi dua periode saja. Itu sejalan dengan agenda reformasi. Yang mana pemerintahan Pusat dan Daerah hanya dua periode saja. Seharusnya gereja melakukan perubahan dalam agenda reformasi yang dilakukan pemerintah.
Bahkan, pesan agung SS ke V ini mempersatukan bukan mengambil aset. Ketum PGI pun tekah memberi sinyal rekonsiliasi agar digencarkan secara terus menerus. Karena bila Tuhan melaukan rekonsiliasi, segera direspon.
Yang jelas tanda heran ini tidak pernah berhenti selama kita taat pada aturan Gereja, Pemerintah, dan terutama taat dan melaksanakan perintah Tuhan, pungkas pria Papua yang selalu kalem dalam berucap serta bertindak.
Be the first to comment